PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak, lantaran dengan berbahasa anak sanggup berkomunikasi dengan orang lain. Akhadiah (Suhartono : 2005) menyatakan bahwa dengan sumbangan bahasa, anak tumbuh dari organisme biologis menjadi pribadi di dalam kelompok. Belajar bahasa tidak akan terlepas dari berguru kosakata, penguasaan kosakata merupakan hal terpenting dalam keterampilan berbahasa, tanpa penguasaan kosakata yang memadai, maka tujuan pembelajaran bahasa tidak akan tercapai, lantaran semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang, semakin terampil pula ia berbahasa.
Penguasaan kosakata merupakan salah satu syarat utama yang memilih keberhasilan seseorang untuk terampil berbahasa, semakin kaya kosakata seseorang semakin besar kemungkinan seseorang untuk terampil berbahasa dan semakin gampang pula ia memberikan dan mendapatkan informasi baik secara lisan, tulisan, maupun memakai gejala dan isyarat. Dalam hal ini Tarigan (1985 : 85), menjelaskan bahwa kosakata sanggup meningkatkan pertumbuhan kegiatan menulis, berbicara, membaca dan menyimak. Kridalaksana (1993 : 127) mendefinisikan kosakata sebagai komponen bahasa yang memuat semua informasi wacana makna dan pemakaian kata dalam bahasa.
Jika dikaitkan dengan perkembangan bahasa anak, anak sebaiknya tidak hanya berguru bahasa ibu saja, tetapi juga bahasa abnormal lainnya. Hal ini disebabkan lantaran bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan semoga terciptanya komunikasi yang lancar dan efektif.
Bahasa Inggris sebaiknya dikenalkan semenjak dini, lantaran usia dini merupakan masa keemasan dimana segala sesuatu sanggup diserap dengan gampang dan cepat. Kosasih (Hery, 2003) seorang pakar bahasa mempunyai pandangan bahwa semakin dini anak berguru bahasa asing, semakin gampang anak menguasai bahasa itu. Para pakar yang lain mirip Me Laughlin dan Genesee (Hery, 2003) menyatakan bahwa bawah umur lebih cepat memperoleh bahasa tanpa banyak kesukaran dibandingkan dengan orang dewasa. Demikian pula Erik (Hery, 2003) spesialis neorologi beropini sebelum masa puberitas, daya pikir (otak) anak lebih lentur. Maka dari itu anak lebih gampang berguru bahasa, sedangkan sesudahnya akan semakin berkurang dengan pencapaiannya tidak maksimal Kosasih (Hery, 2003). Sesuai dengan pendapat di atas Purwo (2003) menyatakan bahwa usia 4-12 tahun merupakan masa emas atau paling ideal untuk berguru bahasa selain bahasa ibu (bahasa pertama) alasannya, anak masih plastis dan elastis sehingga proses penyampaian bahasa lebih mulus.
Gadner (1975 : 89) menyatakan : "Seorang anak kalau diajarkan/dididik dari awal maka anak akan berhasil di masa depan dan sebaliknya, kalau gagal mendidik anak maka awal dari kehidupan anak sekolah awal kehancuran". Dalam pembelajaran bahasa anak belum sanggup berguru secara sempurna. Karena anak dilarang dipaksakan untuk belajar, sebaiknya guru dan orang bau tanah memperlihatkan metode pembelajaran bahasa Inggris yang bisa membuat anak merasa bahagia dan tidak merasa terpaksa untuk belajar. Senada dengan pernyataan di atas Moeslichatoen (2004) menyatakan bahwa metode-metode yang sesuai dengan karakteristik anak usia Taman Kanak-kanak yaitu bermain, karyawisata, bercakap-cakap, bercerita.
Mar'at (2005 : 66) menyatakan bahwa penguasan kosakata anak 4-5 tahun berada pada periode diferensiasi, yaitu sanggup memakai kata-kata dan sesuai dengan maknanya. Beberapa pengertian absurd separti pengertian waktu dan ruang mulai muncul, menguasai kata benda dan kata kerja mulai terdiferensiasi.
Menurut Hurlock (1990 : 113) usia 4-5 tahun merupakan ketika berkembang pesatnya penguasaan kiprah pokok dalam berbicara yaitu menambah kosakata. Menguasai penambahan pengucapan kata dan menggabungkan kata menjadi kalimat. Penguasan kosakata anak meningkat pesat ketika ia berguru kata-kata gres dan arti-arti baru. Anak usia 4-5 tahun umumnya sudah sanggup mengucapkan lebih dari 2500 koaskata, sedangkan berdasarkan Tarigan (1993 : 3) lingkup kosakata yang diucapkan anak menyangkut kosakata dasar, diantaranya yaitu perbendaharaan kata benda universal, kata kerja pokok dan kata bilangan pokok.
Hurlock (1990 : 151), mengemukakan bahwa salah satu kiprah utama dalam berguru berbicara yakni anak harus sanggup meningkatkan jumlah kosakata. Anak harus sanggup berguru meningkatkan arti dengan suara lantaran banyak kata yang mempunyai arti yang lebih dari satu dan sebagian kata yang bunyinya hampir sama, tapi mempunyai arti yang berbeda.
Peningkatan kosakata sanggup dilakukan dengan banyak sekali macam cara melalui membaca, mendengarkan dan menonton. Peningkatan kosakata atau penguasaan kosakata tesebut lebih banyak dilakukan di dunia pendidikan, terutama dilembaga pendidikan prasekolah sepaerti forum PAUD, mengingat kosakata anak masih terbatas. Menurut Tarigan (1993 : 3) secara umum untuk memperkenalkan kosakata pada anak perlu diperkenalkan terlebih dahulu dengan kosakata dasar, diantaranya yakni perbendaharaan kata benda universal, kata kerja pokok dan kata bilangan pokok.
Umumnya peningkatan kosakata di forum pendidikan anak usia dini dilakukan dengan membuat situasi yang memperlihatkan kesempatan pada anak untuk membuatkan kemampuan bahasanya. Kesempatan ini dilakukan melalui kegiatan bercakap-cakap, bercerita dan tanya jawab. Kegiatan ini dilakukan dengan memakai media pengajaran bahasa anak khususnya peningkatan kosakata anak. Penggunaan media pengajaran sanggup memperjelas penyajian pesan dan informasi berguru anak. Selain itu berdasarkan Arsyad (2002 : 26) "penggunaan media pengajaran sanggup mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu, serta sanggup memperlihatkan kesamaan pengalaman pada anak wacana peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka".
Pengembangan kemampuan berbahasa di Taman Kanak-kanak bertujuan semoga anak bisa mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, bisa berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk sanggup berbahasa dengan baik (Somantri, 2006 : 6). Namun dalam kenyataannya tujuan tersebut belum bisa dicapai secara maksimal. Sebagai tumpuan anak seringkali menerima kesulitan mengungkapkan pendapatnya ketika pembelajaran berlangsung, sulit mendapatkan tanggapan ketika guru bertanya, bahkan untuk berbicara pun anak masih perlu motivasi dan sumbangan dari guru.
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan khususnya di KT X, pembelajaran pada umumnya masih bersifat konvensional. Guru kurang kreatif dalam memberikan materi pelajaran, sehingga penyampaian pembelajarannyapun kurang menarik bagi anak, begitu pula dalam pelajaran pengembangan berbahasa khususnya dalam meningkatkan kemampuan kosakata bahasa Inggris masih terlihat kaku, lantaran pembelajaran bahasa Inggris dianggap sulit dan tidak menyenangkan. Dalam melaksanakan suatu kegiatan pembelajaran jarang sekali guru memakai metode dan menyediakan media yang menarik bagi anak, sehingga anak terlihat bosan.
Sujana dan Rivai (1992 : 26) mengemukakan manfaat media pegajaran dalam proses berguru siswa, yaitu "pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga sanggup memotivasi berguru dan siswa sanggup labih banyak melaksanakan kegiatan berguru lantaran tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktifitas lainya mirip mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain".
Media sangat berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Taman Kanak-kanak termasuk meningkatkan penguasaan kosakata pada anak usia TK, media pendidikan sanggup dipergunakan untuk membangun pemahaman penguasaan kosakata. Beberapa media pendidikan yang sering dipergunakan dalam pembelajaran diantaranya media cetak, elektonik model dan peta, Kreyenhbuhl (Mujianto, 2007 : 4)
Media yang sanggup dipakai dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya penguasaaan kosakata yakni media kartu kata dan gambar atau sering juga disebut "flashcard" media ini merupakan media yang memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat dalam Ekopeum (2007 : 2), kegiatan berguru mengajar akan lebih efektif dan gampang bila dibantu dengan sarana visual dimana 11% dari yang dipelajari melalui indera pendengara, sedangkan 83% lewat indera penglihatan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Mustolih (2007) menandakan bahwa kegiatan berguru mengajar akan lebih efektif dan gampang bila dibantu dengan sarana visual yakni 11% dari yang dipelajari terjadi lewat indera telinga sedangkan 83% lewat indera penglihatan disamping itu dikemukakan bahwa individu hanya sanggup mengingat 20% dari sesuatu yang didengar, namun meningkat 50% dari sesuatu yang didengar.
Gilispie (Ramli, 2007 : 31) permainan simulasi secara tidak pribadi merupakan suatu rekayasa lingkungan yang realistis dalam membuatkan solusi yang realistis untuk mencapai tujuan tertentu. Hal tersebut senada dengan pernyataan Joyce dan Weil (1985 : 296), permainan simulasi merupakan permainan yang menyenangkan, permainan dengan kombinasi unsur-unsur realitas dan membuatkan pemecahan problem yang realistis serta penuh dengan suasana kompetitif.
Berdasarkan uraian di atas salah satu upaya peningkatan penguasaan kosakata sanggup dilakukan melalui pembelajaran dengan media kartu kata dan gambar (flashcard). Oleh lantaran itu penelitian peningkatan kosakata bahasa Inggris anak Taman Kanak-kanak X diadakan dengan judul "Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Anak Taman Kanak-Kanak melalui Metode Simulation Game dengan Media FlashCard"
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana peningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris anak Taman Kanak-kanak melalui metode simulation game dengan media flashcard ?
Adapun sub problem dalam penelitian ini yakni :
1. Bagaimana penguasaan kosakata bahasa Inggris anak Taman Kanak-kanak X ?
2. Bagaimana penggunaan metode simulation game dengan media flashcard dalam meningkatan kosakata bahasa Inggris anak Taman Kanak-kanak X ?
3. Bagamana peningkatan kosakata bahasa Inggris anak di Taman Kanak-kanak X setelah memakai metode simulation game dengan media flashcard ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi 2 :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian yang dilaksanakan yakni untuk mengetahui melalui metode simulation game dengan media flashcard dalam meningkatkan kosakata bahasa Inggris anak TK.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yakni untuk :
1. Mengetahui kondisi objektif kosakata bahasa Inggris di Taman Kanak-kanak X.
2. Mengetahui proses penerapan metode simulation game dengan media flashcard dalam meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris anak Taman Kanak-kanak X.
3. Mengetahui hasil penguasaan kosakata bahasa Inggris anak melalui metode simulation game dengan media flashcard.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan umumnya, dan dalam bidang bahasa Inggris khususnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, memperlihatkan pengalaman dan wawasan pribadi dalam membuatkan acara pengembangan bahasa khususnya peningkatan kosakata bahasa Inggris pada anak Taman Kanak-kanak.
b. Bagi Guru
1. Sebagai masukan bagi guru dalam peningkatan penguasan kosakata bahasa Inggris anak.
2. Memberikan informasi wacana peranan atau manfaat metode dan media dalam proses berguru anak khususnya dalam meningkatkan penguasaana kosakta bahasa Inggris anak.
c. Bagi Lembaga, dibutuhkan sanggup memperlihatkan konstribusi bagi forum semoga sanggup meningkatkan dan membuatkan acara pembelajaran khususnya dalam pembelajaran bahasa Inggris anak.
1.5. Definisi Operasional
Untuk mempelajari fokus penelitian ini, maka penulis memperlihatkan devinisi operasional mengenai hal-hal yang berkenaan dengan judul penelitian.
a. Media flashcard
Media flashcard dalam penelitian ini yakni sejenis kartu yang dipakai untuk membantu memperkenalkan kata-kata kepada anak. Flashcard ini biasanya terbuat dari kertas karton dan ukurannya sangat variatif diadaptasi dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Media flashcard dalam penelitian berupa kartu bergambar/tulisan. Kartu tersebut dibentuk dengan memakai tangan, print atau memakai media yang dengan ukuran 9 x 13 Cm.
Media flashcard ini dipilih lantaran bentuknya sangat sederhana dan sanggup diperoleh dengan mudah, tulisannya pendek, gampang diingat anak, gampang dibawa-bawa, menyenangkan dan praktis.
b. Kosakata
Kosakata dalam penelitian ini yakni kosakata yang telah dirancang oleh peneliti untuk mengetahui penguasaan kosakata Bahasa Inggris anak. dalam penelitan ini kosakata yang harus dikuasai oleh anak yakni sebanyak 50 kosakata yang menyangkut kosakata dasar mirip : kata benda, kata kerja sederhana, kata bilangan, warna, nama-nama belahan tubuh, dan lain sebagainya.
c Metode Simulation game
Simulation game dalam penelitian ini yakni suatu bentuk kegiatan yang melibatkan acara kognitif, afektif, dan psikomotor dalam suasana yang menyenangkan dengan rekayasa lingkungan mirip kondisi kasatmata dalam suasana kelompok. Dalam pelaksanaannya setiap anak berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan mematuhi peraturan yang telah ditentukan sebelumnya.
1.6.Metode dan Desain Penelitian
Permasalahan dalam penelitian ini yakni bagaimana meningkatkan pengusaan kosakata bahasa Inggris melalui penggunaan metode simulation game dengan media jlashcard. Permasalahan ini sesuai dengan hasil obsevasi awal di lapangan yang menemukan bahwa berguru bahasa Inggris itu sulit dan tidak menyenangkan, pemahaman anak wacana bahasa inggris masih rendah dan penggunaan media pada ketika pembelajaran masih kurang optimal. Dalam penelitian ini penulis memakai metode penelitian tindakan kelas (PTK) dalam bahasa Inggris PTK disebut juga Classroom Action research (CAR), lantaran metode ini dianggap sesuai dengan tujuan yang dirumuskan yaitu untuk meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris anak melalui metode simulation game deangan media flashcard serta dibutuhkan sanggup memperbaiki dan meningkatkan proses berguru mengejar secara optimal. Pelaksanaan PTK dilakukan melalui siklus yang terdiri atas tahap perencanaan (planing), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
1.7. Teknik dan Alat Pengurupulan Data
Teknik pengurupulan data yang dipakai yakni observasi, yaitu dengan mengamati secara sistematis sikap anak. Wawancara dan dokumentasi sebagai suplemen data. Teknik pengurupulan data peneliti bersifat partisifatif kolaboratif, hal ini dilakukan untuk memperoleh data seobjektif mungkin.
No comments:
Post a Comment