Prinsip Dasar Pembangunan Ekonomi Oleh Dr. Ir. Herry Darwanto, M.Sc - PENGALAMAN | EXPERIENCES

Latest

Thursday, February 16, 2012

Prinsip Dasar Pembangunan Ekonomi Oleh Dr. Ir. Herry Darwanto, M.Sc

Prinsip Dasar Pembangunan Ekonomi Oleh Dr. Ir. Herry Darwanto, M.Sc
Pendahuluan

Tujuan bernegara suatu bangsa yaitu untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakatnya. Untuk mencapai kemakmuran itu salah satu cara yaitu dengan mewujudkan tingkat produktivitas yang tinggi yang terus meningkat di seluruh bidang ekonomi.  Suatu ekonomi yang produktif sanggup membayar upah yang tinggi kepada pekerjanya; sebaliknya suatu ekonomi yang tidak produktif hanya sanggup mengatakan upah yang rendah.  Ekonomi yang produktif menghasilkan keuntungan yang tinggi pada modal yang diinvestasikan dalam  kegiatan bisnisnya; sebaliknya ekonomi yang tidak produktif hanya mengatakan keuntungan yang rendah.

Produktivitas memilih kemakmuran dan daya saing.  Pemikiran bahwa upah yang rendah akan membuat suatu negara lebih kompetitif yaitu tidak benar.  Upah rendah berarti bahwa suatu perusahaan tidak kompetitif dan tidak sanggup mendukung standar hidup yang tinggi.  Demikian pula dengan nilai tukar. Negara tidak akan menjadi lebih kompetitif bila mata uang negara turun nilainya.  Mata uang negara yang turun nilainya, berarti negara itu tidak kompetitif dan bahwa kualitas barang dan jasanya tidak sanggup mendukung nilai mata uangnya.  Satu-satunya definisi daya saing, dan satu-satunya cara untuk membangun kemakmuran dalam suatu ekonomi, yaitu meningkatkan produktivitas. Dalam ekonomi global yang modern, produktivitas lebih dari fungsi efisiensi dalam memproduksi barang-barang yang sama.  Ia juga bertalian dengan nilai produk yang dihasilkan negara.  Ketika suatu ekonomi menjadi lebih maju, ia harus menemukan jalan untuk menaikkan nilai produknya, dengan nilai yang bersedia dibayar pembeli. Para pembeli akan membayar lebih hanya bila suatu produk lebih berkualitas, mempunyai ciri yang lebih baik, ditawarkan bersama dengan jasa penunjang yang lebih lengkap, membawa merek yang dikenal handal.  Pertumbuhan produktivitas ditentukan oleh fungsi peningkatan nilai dan efisiensi produksi yang terjadi. Itulah yang harus dikejar oleh setiap negara untuk memajukan ekonominya.

Mencapai nilai lebih tinggi tidak mengharuskan suatu negara untuk menghasilkan semikonduktor atau komputer.  Suatu negara sanggup produktif dan makmur dalam hampir semua bidang.  Yang penting yaitu bagaimana negara itu bersaing, bukan dalam industri apa ia bersaing.  Suatu negara sanggup menjadi makmur dalam pariwisata bila negara itu sanggup menaikkan rata-rata belanja per wisatawan manca negara dari contohnya $100 sehari menjadi $300 sehari dengan mengatakan hal-hal yang lebih baik: akomodasi penginapan lebih membetahkan, pelayanan transportasi lebih lancar, atraksi lebih menarik, atau keramahan yang lebih mengesankan.  Sepatu dan sandal terkesan menyerupai produk murahan, sama sekali tidak tampak sebagai produk unggulan bagi suatu negara makmur.  Tetapi orang Italia menjadi kaya lantaran membuat sepatu. Mereka membuat sepatu dengan cara yang sangat khusus- dengan bentuk yang bergaya, disain yang indah, merek yang terkenal, dan distribusi yang luas.  Maka perusahaan Italia sanggup menjual sepatu seharga $150 sepasang dan mengatakan upah bagi karyawannya dan keuntungan yang tinggi bagi pemilik modalnya. Sedangkan banyak negara lain, termasuk Indonesia,  membuat sepatu dengan meniru dan tanpa banyak kandungan keterampilan dan kecanggihan, sehingga hanya menerima upah rendah bagi pekerja dan pengusahanya.


Basis Kemakmuran

Untuk membangun suatu ekonomi yang makmur, aliran bahwa  industri tradisional yaitu tertinggal dan bahwa negara harus pindah ke industri hi-tech harus ditanggalkan.  Sebaliknya, fokus harus pada basis kemakmuran yang sebenarnya, yang menjadi daya produksi ekonomi.  Jika suatu negara sanggup mendorong produktivitas melalui peningkatan keterampilan dan teknologi, maka kemakmuran akan meningkat.  Pada sisi lain, bila ada halangan dalam meningkatkan produktivitas, maka ekonomi negara itu akan stagnan atau mundur. Pemerintah mempunyai tugas penting dalam membangun ekonomi yang produktif.  Tetapi swasta mempunyai tugas yang mendasar juga.  Salah satu hal yang harus terjadi di setiap ekonomi yaitu penyeimbangan dan aliran kembali wacana tugas pemerintah dan swasta.  Saat ini masyarakat cenderung dipandu oleh pemerintah.  Di masa datang, pemerintah dan swasta harus memimpin secara bersama-sama.

Suatu negara suatu ketika sanggup tergolong sebagai negara berkembang, yang perlu mencapai kemakmuran yang lebih tinggi untuk mengejar ketertinggalannya dari negara-negara maju dan tidak dikejar oleh negara-negara berkembang lainnya.  Negara-negara berkembang akan terus meniru produk yang dihasilkan atau memakai upah yang lebih rendah untuk menyaingi produk negara itu.  Negara-negara sedang berkembang lain juga sanggup terus memperbaiki infrastrukturnya, dan mendidik masyarakatnya biar mempunyai keterampilan yang semakin baik. Negara-negara lebih maju sanggup melaksanakan tidak hanya meniru, tidak hanya memangkas biaya-biaya dan tidak hanya merestrukturisasi perekonomiannya, mereka juga terus membuatkan kapasitas inovatif secara besar-besaran.  Tantangan yang dihadapi negara itu oleh lantaran itu sangatlah besar.

Satu-satunya cara untuk menang dalam kompetisi sengit menyerupai ini yaitu dengan menghasilkan produk dan jasa yang negara-negara lain tidak sanggup menghasilkannya.  Pertumbuhan kemakmuran tergantung pada kapasitas untuk menginovasi, untuk menghasilkan nilai produk yang lebih tinggi dan semakin tinggi, yang negara lain tidak sanggup menghasilkan atau akan menghasilkan gres sesudah beberapa tahun kemudian.  Untuk mendukung struktur upah yang meningkat terus maka negara harus memutuskan sasaran yang bergerak, menerapkan tingkat teknologi untuk membuatkan proses produksi dan produk uniknya secara lebih baik dan terus lebih baik. Ini yaitu fondasi dari ekonomi global modern.  Tidak ada kekecualian.  Jika suatu negara gagal untuk membuatkan kapasitas untuk lebih produktif, ia dengan cepat takluk kepada tekanan kekuatan pasar.

Bagaimana cara suatu negara membangun ekonomi yang produktif?  Menurut Porter ada dua lingkungan strategi: lingkungan makro dan lingkungan mikro[1]. Strategi yang pertama yaitu dengan mewujudkan suatu lingkungan  ekonomi makro dan politik stabil, serta aturan yang mantap dan adil.  Indonesia masih harus melewati banyak ujian dalam proses ini.  Indonesia sedang memantapkan kebijakan ekonomi makronya biar lebih handal, stabil dalam hal inflasi, tingkat bunga, keuangan negara, dsb.  Lepas dari krisis ekonomi yang masih melanda, Indonesia pernah menjadi salah satu dongeng sukses ekonomi makro dalam dekade 90an. Ini sanggup diwujudkan kembali. Namun, mempunyai kebijakan ekonomi makro yang baik saja tidaklah cukup.  Kebijakan ekonomi makro tidak membuat kekayaan.  Ia membuat lebih praktis atau lebih mungkin bagi perusahaan untuk mewujudkan kekayaan, tetapi kemakmuran tidak akan meningkat kecuali bila dasar ekonomi mikronya mantap dan semakin mantap. Strategi utama yang kedua yaitu membuat fondasi ekonomi mikro.

Pertama-tama dan yang paling penting adalah, suatu ekonomi yang maju berakar dalam kapasitas perusahaan lokalnya.  Ekonomi suatu negara tidak sanggup menjadi produktif kecuali bila perusahaan besar maupun kecil yang beroperasi di negara itu yaitu produktif.  Ini berlaku tidak hanya pada perusahaan pengekspor saja tetapi kepada setiap perusahaan.  Perusahaan yang tidak efisien akan mengganggu industri lain yang tergantung padanya.  Inti dari setiap kemakmuran ekonomi yaitu efisiensi dan kecanggihan operasi perusahaan yang ada. Fokus pada perusahaan saja tidaklah cukup, lantaran kapasitas mereka untuk bergerak ke taktik yang lebih produktif yaitu juga fungsi dari lingkungan bisnis ekonomi mikro di mana mereka bersaing.  Lingkungan ekonomi makro menyerupai tingkat bunga, tingkat inflasi, dll. yaitu penting dalam memilih secara keseluruhan kapasitas bersaing perusahaan.  Tetapi apa yang juga penting yaitu lingkungan bersahabat yang mempengaruhi perusahaan bersaing setiap hari:  antara lain infrastruktur yang mereka gunakan dan kualitas tenaga kerja yang mereka sanggup rekrut. Perusahaan yang mempunyai teknik manajerial yang canggih untuk bersaing juga mengalami keterbatasan,  kecuali bila mereka mempunyai lingkungan lokal yang aman untuk melaksanakan itu.  Maka suatu pertanyaan penting yaitu bagaimana meningkatkan lingkungan bisnis ekonomi mikro di setiap daerah.

Setiap negara harus menilik dasar ekonomi mikro dari daya saing perusahaan secara lebih rinci.  Ada dua tantangan mendasar di mana perusahaan harus memusatkan perhatian.  Pertama, yaitu efektivitas operasional.  Ada banyak pengetahuan, teknologi dan praktek terbaik yang tersedia wacana bagaimana cara bersaing.  Pada dasarnya, urutan pertama bagi perusahaan manapun yaitu untuk mencapai efektivitas operasional, untuk mencapai praktek terbaik.  Melakukan hal itu memungkinkan suatu perusahaan untuk menjadi pemenang. Strateginya yaitu benchmarking. Langkah berikutnya ke arah produktivitas lebih tinggi memerlukan upaya lebih dari sekedar mengasimilasi praktek terbaik dari tempat lain.  Perusahaan harus bisa untuk membuat praktek terbaik mereka sendiri dan membuatkan posisi strategisnya yang unik. 

Dalam hal lingkungan bisnis ekonomi mikro, ada empat dimensi yang penting.  Pertama yaitu input yang dibutuhkan perusahaan, menyerupai sumber daya manusia, infrastruktur fisik, infrastruktur ilmu pengetahuan dan teknologi, modal, informasi komersial, aturan dan peraturan administratif.  Ini yaitu input yang penting sekali yang setiap perusahaan harus menghadapi setiap hari untuk membuat nilai. Agar suatu ekonomi menjadi lebih produktif, maka kualitas, kecanggihan, dan pada akhirnya, spesialisasi dari input ini harus meningkat.  Negara harus meningkatkan rata-rata kualitas sumber daya manusianya, kualitas basis ilmiahnya, dan seterusnya.

Aspek lingkungan bisnis ekonomi mikro yang kedua  yaitu iklim kompetisi yang fair.  Suatu ekonomi biar produktif membutuhkan suatu iklim dan insentif yang sanggup menstimulasi investasi yang agresif.  Pada awalnya investasi itu akan berkaitan dengan "asset keras"; namun untuk mencapai status ekonomi yang lebih maju, harus ada iklim di mana perusahaan akan menanam modal dalam "asset lunak" menyerupai pelatihan, teknologi R&D, penentuan merek, dan jaringan pemasaran internasional. Berhubungan erat dengan ini, suatu ekonomi produktif yaitu di mana ada kompetisi internal. Suatu perusahaan tidak sanggup mungkin bisa bersaing di luar negeri kecuali bila ia berhasil untuk bersaing di dalam negeri.  Karena kesuksesan tergantung pada inovasi, maka tekanan kompetisi lokal yaitu mendasar dalam  membuat kemajuan. Dalam mencapai keberhasilan, kompetisi internal yaitu yang paling penting, di mana banyak sekali perusahaan mempunyai keinginan sangat berpengaruh untuk menjadi yang terbaik.

Ketiga, suatu ekonomi yang berkembang memerlukan konsumen yang penuntut.  Setiap ekonomi harus membuat suatu lingkungan di mana baik konsumen rumah tangga maupun konsumen bisnis mengharapkan yang terbaik dari pembuat produk. Kekritisan konsumen akan memberi pemahaman bagi perusahaan lokal mengenai kebutuhan pasar yang terspesialisasi, yang akan menjadi basis dari keberhasilan di tingkat nasional dan internasional.  Untuk menjadi suatu negara maju dibutuhkan penemuan dalam wujud produk unik, ciri unik, atau jasa unik. Adalah sangat sulit untuk menjadi unik bila melaksanakan hal itu sangat tergantung pada pemahaman kebutuhan konsumen asing, di mana pesaing ajaib jauh lebih menguasainya.  Inovasi sering bersumber secara eksklusif dari kondisi-kondisi lokal, di mana perusahaan daerah mempunyai kemampuan unik untuk memahaminya. 

Unsur lingkungan bisnis yang terakhir, di mana semua unsur-unsur lain juga harus ada bersama-sama, yaitu klaster industri.  Klaster membangun suatu daerah ekonomi inovatif dan produktif.  Suatu klaster lebih dari sekedar industri tunggal yang membuat sebuah produk unggulan.  Klaster yang sukses melibatkan banyak sekali industri terkait, pemasok dan institusi yang semua berlokasi di daerah yang sama. Mengapa klaster penting?  Klaster memang kurang penting untuk negara berkembang yang memakai upah rendah untuk menjual produk tiruan atau yang merakit komponen-komponen barang yang dibentuk di negara lain.  Namun bila bercita-cita menjadi negara maju, suatu negara harus dengan unik berinovasi dan produktif.  Klaster yaitu penting lantaran ia merupakan cara yang paling produktif untuk mengorganisir kegiatan ekonomi untuk mencapai sasaran itu. Klaster yang ada di daerah-daerah perlu dikenali.  Misalnya bila di suatu daerah ada sekolah kedokteran hewan, ada pabrik pupuk, ada jago ilmu tanah, ada industri teralis, ada industri pembuatan dokar, ada sarana training penunggang kuda, dll. maka itu semua merupakan kapasitas untuk membuat kegiatan terspesialisasi berkaitan dengan kuda di daerah itu. Spesialisasi memberi negara kemampuan untuk mengekspor, tidak dengan harga yang lebih murah, tetapi dengan berinovasi.


Apa yang harus kita lakukan? 

Pada sisi perusahaan, yaitu membuat perusahaan melaksanakan inovasi secara terus menerus.  Belum banyak perusahaan Indonesia  yang melaksanakan R&D, dan hanya sedikit yang sudah menghasilkan inovasi.  Indonesia perlu membuat transisi dari efektivitas operasional ke arah penentuan posisi yang lebih strategis, yang akan memerlukan kapasitas lebih besar untuk membuat investasi lunak dalam R&D dan pelatihan. Indonesia perlu melepaskan diri dari sindrom negara kecil, yaitu pandangan bahwa perusahaan lokal yaitu perusahaan kecil, dan bahwa Indonesia yaitu negara berkembang yang berada di urutan terbelakang.  Inti ekonomi suatu negara yaitu perusahaan-perusahaan yang dimiliki warga negara.  Suatu negara bukanlah terlalu kecil, ia hanya perlu membuat transisi ke arah orientasi strategis.

Perusahaan-perusahaan akan bersaing dalam bidang-bidang tertentu. Perusahaan-perusahaan ini mustahil menjadi pemain pasar secara massal.  Ada perusahaan yang sudah berhasil sebagai penghasil komoditas tertentu, ini perlu dikembangkan ke depan dan ke belakang.  Negara perlu membuatkan pemahaman ini secara lebih luas di sektor swasta. Indonesia perlu untuk memulai menginvestasi besar-besaran dalam asset yang akan memberi perusahaan Indonesia potensi untuk bergerak ke tingkat yang berikutnya.  Prioritas pertama yaitu sumber daya manusia.  Menciptakan struktur dan sistem yang sanggup secara substansial meningkatkan kualitas dan kecanggihan sumber daya insan yaitu acara penting bangsa Indonesia. 

Membangun sistem sumber daya insan yang unggul memerlukan waktu lama.  Sekolah-sekolah harus ditingkatkan sehingga menghasilkan lulusan yang terampil. Pelatihan harus diselaraskan kembali sedemikian sehingga ada lebih banyak insinyur dan lebih sedikit pengacara atau sarjana sosial. Indonesia perlu berfokus pada membuat investasi dalam kapasitas, asset, dan institusi yang akan dibutuhkan untuk mengupgrade ekonominya. Ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu juga suatu prioritas fundamental, mengingat pentingnya inovasi. Kemajuan besar harus dibentuk dalam merestrukturisasi institusi pendidikan untuk membuatnya lebih efisien, lebih dibutuhkan, dan lebih produktif. R&D yang dilakukan forum pendidikam dan penelitian pemerintah harus terjalin baik dengan sektor swasta. Indonesia perlu melaksanakan investasi yang lebih besar dalam riset universitas. Pendidikan tinggi  yaitu suatu prosedur yang berpengaruh untuk menyebarluaskan teknologi.  Ia yaitu institusi yang terbuka, mahasiswa berpotensi menuangkan gagasan ke dalam ekonomi riel, dan mereka mempercepat pembentukan perusahaan baru. Universitas tidak saja menjadi pencetak ilmu teknologi, tetapi juga pencetak perusahaan baru.  Ini terjadi di negara-negara di seluruh dunia.  Indonesia mempunyai kapasitas, tetapi perlu membuat struktur kelembagaan dan menginvestasikan sumber daya di belakang kekuatan utamanya, bidang di mana manusia-manusia Indonesia mempunyai pengetahuan yang unik.

Modal saham yaitu suatu persoalan utama.  Indonesia telah berupaya membuat sistem perbankannya efisien dan diatur dengan lebih baik. Namun masih ada ruang bagi perbankan untuk mengkhususkan dan membuatkan keahlian di sektor tertentu yang mempunyai kekuatan lokal.  Ketiadaan saham swasta dan modal ventura, biaya yang mahal untuk perijinan akan membuat pertumbuhan perusahaan gres cukup sulit. Ini harus diatasi.

Negara perlu memikirkan kembali keseluruhan informasi investasi.  Konsep “netralitas" harus dicermati.  Setiap negara harus memberi pertimbangan yang serius untuk mengatasi persoalan kesulitan investasi perusahaan yang mempunyai manfaat sosial.  Dua hal yang penting yaitu R&D dan pelatihan. Suatu pemerintah tidak harus memberi hibah atau membiayai proyek riset perusahaan.  Ini yaitu jalan yang salah untuk melaksanakan itu, yang harus berfokus pada menyediakan insentif untuk semua perusahaan tanpa pilih kasih.  Namun bila suatu perusahaan ingin memalsukan anggaran R&Dnya, maka  kredit pajak untuk bab dari peningkatan biaya itu yaitu suatu insentif yang menarik. Jika suatu perusahaan ingin melaksanakan pelatihan, maka pemerintah (juga pemerintah daerah) perlu membantunya lantaran ia membangun asset negara yang  akan memungkinkannya untuk bergerak ke tingkat produktivitas yang lebih tinggi.  Karena eksternalitas, perusahaan swasta tidak akan membuat pilihan yang secara sosial dibutuhkan dalam asset sosial ini.  Kita perlu memilih kebutuhan basis asset yang dibutuhkan masyarakat, dan menjamin bahwa peraturan dan insentif ditetapkan untuk itu.

Indonesia juga memerlukan adanya kompetisi dan persaingan internal.  Kompetisi harus diperkenalkan ke dalam semua bidang.  Indonesia harus mengatakan insentif dan tekanan lebih bagi perusahaan-perusahaan untuk menginovasi, untuk membangun merek, untuk mencoba banyak sekali hal baru, serta untuk membuat banyak pilihan untuk masyarakat. Negara perlu memberi perhatian pada kondisi-kondisi permintaan.  Konsumen Indonesia masih bukan konsumen yang penuntut.  Ada banyak sekali alasan untuk ini, tetapi suatu rencana dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas permintaan.  Konsumen Indonesia perlu informasi wacana barang dan jasa yang dibelinya dengan lebih lengkap lagi dan hak-hak konsumen yang lebih besar harus diperoleh.  Misalnya, konsumen harus boleh mengembalikan produk yang jelek kualitasya dan memperoleh kembali uang mereka. 

Indonesia membutuhkan standar tinggi untuk kualitas, efisiensi energi, dan dampak lingkungan.  Jika Indonesia sanggup membuat sendiri konsumen yang dibutuhkan satu sama lain, maka menjual kepada dunia akan menjadi lebih gampang.  Tetapi bila masyarakat konsumen mendapatkan yang tidak terbaik, bagaimana masyarakat mengharapkan konsumen ajaib untuk menyukai barang-barang buatan lokal? Pengadaan barang oleh pemerintah harus menstimulasi inovasi.  Pemerintah harus menjadi pembeli yang penuntut dan memutuskan standar tinggi.  Pemerintah perlu lebih memperhatikan kualitas, bukan hanya harga. Akhirnya, pemerintah perlu menyiapkan acara memajukan klaster.  Ada kecenderungan untuk menyamakan klaster dengan jaringan dan ada upaya-upaya untuk membangun jaringan di antara perusahaan.  Tetapi klaster jauh lebih penting daripada jaringan.  Klaster yaitu asset basis terspesialisasi yang dibangun secara bertahun-tahun, sedangkan jaringan lebih cepat dibentuk namun juga tidak cukup. 

Klaster meliputi institusi dan kemampuan yang memerlukan investasi untuk membangunnya. Beberapa klaster memerlukan investasi negara:  Universitas California di Davis tidak menjadi sentra riset anggur terkemuka secara kebetulan; Pemerintah menanam modal dalam membangun kapasitas teknologi, dan industri juga mendukung itu.  Asset kompetitif perlu untuk dibangun oleh sektor swasta melalui asosiasi industri dan bentuk lain dari investasi kolektif. Pemerintah perlu secara penuh memanfaatkan pendekatan klaster untuk mendorong industri ke tingkat yang berikutnya.  Di banyak industri ada banyak asosiasi industri kecil yang  sedang mencari kiprahnya dalam industri. Mereka perlu bertemu satu sama lain, perlu bekerja sama, perlu berada di bawah organisasi yang solid untuk memikirkan taktik bersama untuk membangun asset, kemampuan dan keterampilan.  Universitas, akademi, politeknik, lembaga-lembaga diklat, dll. perlu memahami kekuatan yang ada, membantu mengidentifikasi jenis pendidikan menyerupai apa  yang diperlukan, kebijakan ilmu pengetahuan dan teknologi apa yang dirumuskan, dll. 


Kesimpulan

Pada beberapa tahun yang akan tiba pemerintah daerah, didukung oleh pemerintah pusat, dituntut untuk berupaya membuatkan klaster secara lebih bergairah di daerahnya.  Melakukan hal itu tidak akan memerlukan sangat banyak investasi publik, tetapi ia memerlukan keseriusan pemerintah daerah untuk memainkan tugas penggabung, tugas partisipasi, dan tugas mendengarkan.  Agar industri-industri yang ada sanggup semakin produktif, maka pemerintah daerah harus memungkinkan proses-proses untuk mencar ilmu bagi pengusaha di wilayahnya berlangsung dengan lancar¡


Dr. Ir. Herry Darwanto, M.Sc yaitu Direktur Pengembangan Kawasan Khusus dan Kawasan Tertinggal, 

Doc Versi 


Sumber http://ekookdamezs.blogspot.com/2011/05/makalah-penyakit-jantung.html

No comments:

Post a Comment