Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus melalui kegiatan Menggambar Dekoratif pada Anak di Taman Kanak-kanak SKRIPSI PTK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan senantiasa diarahkan pada peningkatan mutu sumber daya insan terutama anak TK. Anak sebagai penerima didik dipersiapkan untuk menjadi jiwa yang tangguh, mandiri, dan kreatif dalam memasuki kurun globalisasi yang penuh persaingan. Untuk itu penyelenggaraan acara pendidikan akan lebih menitik beratkan pada perkembangan penerima didik dalam kegiatan mencar ilmu mengajar di sekolah.
Anak memerlukan kegiatan yang menyenangkan dalam proses pembelajaran. Bagi anak, bermain merupakan sarana mencar ilmu bagi mereka. Bermain merupakan proses mempersiapkan diri untuk memasuki dunia selanjutnya dan merupakan cara untuk membuatkan aneka macam aspek perkembangan anak ibarat aspek kognitif, sosial, emosi, dan fisik. Melalui kegiatan bermain dengan menggunakan alat permainan, anak terstimulasi untuk berkembang dengan baik perkembangannya.
Melalui bermain, gerakan motorik anak akan senantiasa terlatih dengan baik. Peningkatan keterampilan motorik seorang anak akan berdampak positif pada aspek perkembangan yang lain pula. Bagi anak usia prasekolah, gerakan-gerakan fisik tidak sekedar penting untuk membuatkan keterampilan-keterampilan fisik, melainkan juga sanggup kuat positif terhadap pertumbuhan rasa harga diri (self esteem) dan bahkan perkembangan kognisi (Bredekamp, 1987 dalam solehuddin 2000).
Perlu diketahui bahwa kemampuan motorik halus sangat penting lantaran kuat pada segi pembelajaran lainnya. Keadaan ini sesuai dengan penelitian Mayke (2007) bahwa motorik halus penting lantaran ini nantinya akan dibutuhkan anak dari segi akademis. Kegiatan akademis tersebut ibarat menulis, menggunting, menjiplak, mewarnai, melipat, menarik garis dan menggambar. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1978) bahwa penguasaan motorik halus penting bagi anak, lantaran seiring makin banyak keterampilan motorik yang dimiliki semakin baik pula pembiasaan sosial yang sanggup dilakukan anak serta semakin baik prestasi di sekolah.
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan badan melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord (Endah, 2008). Perkembangan motorik meliputi motorik bernafsu dan halus. Perkembangan ini akan kuat pada kemampuan sosial emosi, bahasa, dan fisik anak.
Dalam perkembangan anak, biasanya kemampuan motorik bernafsu lebih dahulu berkembang daripada kemampuan motorik halus. Hal ini terbukti dikala anak sudah sanggup berjalan dengan menggunakan otot-otot kakinya, kemudian anak gres bisa sanggup mengontrol tangan dan jari-jarinya untuk menggambar atau menggunting. Keterampilan motorik halus pada umumnya memerlukan jangka waktu yang relatif usang untuk penyesuaiannya. Hal ini merupakan suatu proses bagi seorang anak untuk mencapainya. Maka diharapkan intensitas kegiatan yang syarat untuk meningkatkan kemampuan motorik halus.
Kemampuan motorik halus yang dimiliki setiap anak berbeda. Ada yang lambat dan ada pula yang sesuai dengan perkembangan tergantung pada kematangan anak. Namun sebaiknya selaku pendidik atau orang bau tanah hendaknya mengetahui permasalahan dan memperlihatkan solusi bagaimana meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak.
Menurut Holts (2009), kemampuan motorik anak dikatakan terlambat, bila di usianya yang seharusnya ia sudah sanggup membuatkan keterampilan baru, tetapi ia tidak memperlihatkan kemajuan. Terlebih kalau hingga memasuki usia sekolah sekitar 6 tahun, anak belum sanggup menggunakan alat tulis dengan baik dan benar. Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik halus mengalami kesulitan untuk mengoordinasikan gerakan tangan dan jari-jemarinya secara fleksibel. Adapun beberapa faktor yang melatarbelakangi keterlambatan perkembangan kemampuan motorik halus contohnya kurangnya kesempatan untuk melaksanakan eksplorasi terhadap lingkungan semenjak bayi, teladan asuh orangtua yang cenderung overprotektif dan kurang konsisten dalam memperlihatkan rangsangan belajar, tidak membiasakan anak untuk mengerjakan acara sendiri sehingga anak terbiasa selalu dibantu untuk memenuhi kebutuhannya, serta ada juga anak yang selalu disuapi sehingga fleksibilitas tangan dan jemarinya kurang terasah. Namun berdasarkan Wing (2008), sebagian anak mengalami kesulitan dalam keterampilan motorik halus dilatarbelakangi oleh pesatnya kemajuan teknologi jaman kini ibarat video games dan komputer, bawah umur kurang menggunakan waktu mereka untuk permainan yang menggunakan motorik halus. Ini bisa menyebabkan kurang berkembangnya otot-otot halus pada tangan. Keterlambatan perkembangan otot-otot ini menyebabkan kesulitan menulis dikala anak masuk sekolah. Beberapa anak memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan motorik halus lantaran keterlambatan tumbuh kembang atau diagnosa medik ibarat Down syndrome atau cerebral palsy (cacat mental).
Setelah mengetahui permasalahan secara umum di atas, kalau melihat pada kenyataan di lapangan, sebagian Taman Kanak-kanak menerapkan pembelajaran yang dijadikan dasar peningkatan motorik halus terkadang kurang bersiklus dan terprogram. Guru masih menerapkan pembelajaran yang bersifat konvensional ibarat pembelajaran yang kurang memunculkan minat anak dan masih kurangnya sarana prasarana pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
Melihat fenomena yang terjadi di lapangan khususnya di Taman Kanak-kanak X berdasarkan pengamatan awal dan hasil diskusi dengan guru kelas pertanda bahwa bawah umur pada umumnya masih mempunyai kemampuan motorik halus yang masih rendah terutama pada kegiatan pramenulis ibarat cara memegang pensil yang belum benar, menjiplak bentuk/garis yang belum rapi, kesulitan membuat bentuk-bentuk goresan pena dan mewarnai yang masih terlihat corat-coret serta kegiatan lainnya yang masih memerlukan bimbingan dari lingkungan terutama kemampuan motorik halus, yang meliputi penggunaan koordinasi otot-otot kecil/halus. Hal ini bisa disebabkan faktor kematangan anak dan stimulasi/latihan yang belum diterapkan secara konsisten ibarat pembelajaran yang ada dalam acara di sekolah tersebut. Menurut pengamatan Taman Kanak-kanak ini belum terdapat acara dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak secara khusus. Untuk itu perkara ini sebaiknya segera diantisipasi adanya faktor penghambat kemajuan segi pembelajaran yang lain ini, sehingga kekhawatiran anak mengalami kesulitan dalam kemampuan motorik halus sanggup diminimalisir.
Proses pembelajaran awal yang menyenangkan sangat kuat pada kemajuan dari segi pembelajaran akademik lain dan kreativitas. Brenner (1990) dalam Solehuddin (2000) menyatakan bahwa tak ada masa yang lebih potensial untuk mencar ilmu daripada masa tahun-tahun awal kehidupan anak. Sehingga akan lebih baik bagi anak pada masa ini untuk diberi stimulasi mencar ilmu yang efektif untuk membuatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Proses pembelajaran awal yang menyenangkan dalam meningkatkan kemampuan motorik halus sanggup dioptimalisasikan pada awal kehidupan anak. Menurut Solehuddin (2000) berkenaan dengan pertumbuhan fisik, anak usia Taman Kanak-kanak masih perlu aktif melaksanakan aneka macam aktifitas. Oleh lantaran itu pihak sekolah selayaknya membuatkan kegiatan mencar ilmu yang sesuai dengan perkembangan anak untuk sanggup meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
Para jago pendidikan memandang bahwa usia prasekolah merupakan masa emas bagi penyiapan anak untuk menjalani proses perkembangan dan mencar ilmu selanjutnya. Pada usia ini pula terdapat "masa peka" yang sangat potensial sekali untuk dikembangkan secara optimal sebagai tuntutan perkembangan anak.
Usia emas dalam perkembangan motorik yakni middle childhood atau masa anak-anak. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam membuatkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional,konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama.Oleh lantaran itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak biar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami sakit ibarat usia sebelumnya. Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih maksimal dari pada usia sebelumnya.
Mengingat kemampuan motorik halus anak sangat penting, maka diharapkan kegiatan yang lebih ditingkatkan lagi, sanggup memperlihatkan kesenangan pada anak, memupuk jiwa kreatif serta merupakan dasar bagi keterampilan yang lainnya. Menurut Rachmawati dkk (2003) bahwa dengan potensi kreativitas, maka anak akan senantiasa membutuhkan acara yang syarat dengan ide-ide kreatif.
Sedangkan para jago konstruktivis mengasumsikan bahwa intinya anak itu mempunyai kemampuan untuk membangun dan mengkreasi pengetahuan. Menurut pandangan ini (Schickedanz, et al, 1990), dalam Solehuddin (2002) pengetahuan intinya dibangun. Pengetahuan itu tidak terletak dimanapun, melainkan dibangun oleh anak dengan berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini diasumsikan bahwa keterlibatan, kreativitas, dan inisiatif anak dalam proses mencar ilmu merupakan hal yang esensial. Greenberg (1994) dalam Solehudin (2002) menyampaikan bahwa anak akan terlibat dalam mencar ilmu secara lebih intensif kalau ia membangun sesuatu daripada sekedar melaksanakan atau menirukan sesuatu yang dibangun oleh orang lain. Hal ini akan membuat suasana mencar ilmu yang bermakna.
Berkaitan dengan pembelajaran di sekolah, bekerjsama banyak pendekatan dan kegiatan pembelajaran yang sanggup mendukung pengembangan aspek motorik halus anak. Pendekatan seni merupakan suatu proses pembelajaran yang sanggup meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Seni yakni kegiatan insan dalam mengekspresikan pengalaman hidup dan kesadaran artistiknya yang melibatkan kemampuan intuisi, kepekaan indriawi dan rasa, kemampuan intelektual, kreativitas serta keterampilan teknik untuk membuat karya yang mempunyai fungsi personal atau sosial dengan menggunakan aneka macam media.
Pengembangan seni juga bertujuan membuatkan keterampilan motorik halus anak didik dalam berolah tangan. Salah satu diantaranya yakni pembelajaran bidang seni rupa yaitu pada kegiatan menggambar dekoratif. Pembelajaran seni merupakan salah satu pendekatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak yang mempunyai aspek bermain sambil mencar ilmu atau mencar ilmu seraya bermain.
Menggambar dekoratif merupakan kegiatan menggambar hiasan (ornamen) pada kertas gambar atau pada benda benda tertentu (Prawira : 2004). Menurut E. Muharam dkk (1992) menggambar dekoratif peranannya bisa meluas ke segala bidang, contohnya dipergunakan sebagai potongan dari perlengkapan hidup. Gambar dekoratif telah memasuki segala aspek kehidupan manusia. Dengan demikian menggambar dekoratif mempunyai peranan pada semua bidang tergantung pada kebutuhan manusia, termasuk peranannya dalam bidang pendidikan untuk keperluan melatih kemampuan motorik halus pada suatu pembelajaran.
Kegiatan menggambar dekoratif ini melibatkan unsur otot, syaraf, otak, dan jari-jemari tangan. Anak selayaknya diberi motivasi, dorongan yang sanggup memunculkan minat anak terhadap kegiatan tersebut. Anak dilatih memegang pensil dengan benar dikala membuat suatu gambar, mewarnai atau memulas dengan menggunakan krayon atau kuas, sehingga sanggup meningkatkan kelenturan jari jemari anak. Disinilah unsur-unsur tersebut akan terkoordinasi kalau dilakukan dengan intensif.
Tak ada seorang anak pun yang tidak gemar menggambar. Saat disodorkan secarik kertas, ia akan dengan sigap mencoret-coret apa yang ada dalam imajinasinya di atas kertas tersebut. Karena itu, menggambar dianggap sanggup dijadikan sebagai ajang mengasah kreativitas anak. Selain itu, acara ini juga bermanfaat sanggup menstimulasi daya imajinasi, membuatkan gagasan, menyalurkan emosi, menumbuhkan minat seni, sekaligus mengoptimalkan kemampuan motorik halus anak prasekolah (Gerda, 2008).
Menurut Ki Hadjar Dewantoro dalam Sofa (2003) setiap fungsi perkembangan dan kemampuan dasar/genetik dalam diri anak, khususnya usia Taman Kanak-kanak mempunyai masa peka tersendiri, contohnya masa peka untuk menggambar yakni tahun ke-5. Sehingga "masa peka" yang sangat potensial di usia prasekolah ini baik untuk dikembangkan secara optimal sebagai tuntutan perkembangan anak.
Dengan demikian kemampuan motorik halus anak perlu untuk ditingkatkan untuk mengubah suatu keadaan dalam memecahkan problem pendidikan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan di bidang pendidikan. Oleh lantaran itu peneliti ingin mengetahui sejauh mana latihan kegiatan menggambar dekoratif sanggup meningkatkan kemampuan motorik halus anak di Taman Kanak-kanak X. Berdasarkan uraian yang yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti menentukan judul "Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif".
B. Rumusan Masalah
Secara Umum penelitian ini diarahkan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut : "Bagaimana Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif ?"
Rumusan perkara di atas secara khusus sanggup dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian, sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi kemampuan motorik halus anak di Taman Kanak-kanak X sebelum mengikuti kegiatan menggambar dekoratif ?
2. Bagaimana proses kegiatan menggambar dekoratif dalam upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak di Taman Kanak-kanak X ?
3. Bagaimanakah kemampuan motorik halus anak di Taman Kanak-kanak X sehabis mengikuti kegiatan menggambar dekoratif ?
C. Tujuan Penelitian
1. Secara umum tujuan penelitian ini yakni mengetahui upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menggambar dekoratif dalam pembelajaran di TK.
2. Secara khusus, tujuan penelitian ini yakni :
1. Untuk mengetahui citra kondisi kemampuan motorik halus awal anak di Taman Kanak-kanak X sebelum adanya kegiatan menggambar dekoratif.
2. Untuk mengetahui proses kegiatan menggambar dekoratif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak di Taman Kanak-kanak X.
3. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan motorik halus sehabis mengikuti kegiatan menggambar dekoratif pada anak di Taman Kanak-kanak X.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan sanggup memperlihatkan manfaat baik secara teoritik maupun mudah terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menggambar dekoratif dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak.
Secara teoritik, penelitian ini diharapkan sanggup menjadi pengembangan kajian keilmuan perihal dunia anak usia TK.
Hasil penelitian ini diharapkan sanggup memperlihatkan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti sanggup menambah wawasan dan pengetahuan perihal kegiatan menggambar dekoratif dalam meningkatkan kemampuan motorik halus di TK.
2. Bagi guru Taman Kanak-kanak sanggup memperlihatkan pengetahuan dalam proses pembelajaran biar lebih menerapkan prinsip pada bermain sambil mencar ilmu dan membimbing bagaimana biar kemampuan motorik halus anak sanggup berkembang secara optimal.
3. Bagi anak akan memperoleh pembelajaran di bidang seni yang lebih menarik, menyenangkan dan memungkinkan bagi dirinya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus yang sangat mempunyai kegunaan untuk masa remaja nanti.
4. Memberi materi masukan kepada forum penyelenggaraan acara PAUD pada umumnya dan untuk Taman Kanak-kanak X untuk meningkatkan proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak di Taman Kanak-kanak X melalui kegiatan menggambar dekoratif. Maka metode penelitian yang dipakai yaitu penelitian tindakan (action research). Metode penelitian tindakan yang sanggup dikembangkan terdapat 4 komponen pokok yang juga pertanda langkah (Sukardi, 2003) yaitu : plan (perencanaan), act (tindakan), observe (pengamatan), dan reflect (perenungan) atau disingkat PAOR yang dilakukan secara intensif dan sistematis atas seseorang yang mengerjakan pekerjaan sehari-harinya. Keempat tahap tersebut yakni satu siklus atau daur, sehingga setiap tahap akan berulang kembali. Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan dipakai kembali untuk merevisi planning kalau ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memecahkan perkara sehabis siklus berlangsung beberapa kali diharapkan terjadi perbaikan yang diinginkan.
No comments:
Post a Comment