Wirausaha Dan Menumbuhkan Minat Berwirausaha - PENGALAMAN | EXPERIENCES

Latest

Thursday, April 26, 2012

Wirausaha Dan Menumbuhkan Minat Berwirausaha

Menumbuhkan Minat Berwirausaha, Wirausaha yaitu proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa wangsit inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil selesai dari proses tersebut yaitu penciptaan perjuangan gres yang dibuat pada kondisi risiko atau ketidak pastian.
Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik, maka semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha. Pembangunan akan lebih mantap kalau ditunjang oleh wirausahawan yang berarti lantaran kemampuan pemerintah sangat terbatas. Pemerintah tidak akan bisa menggarap semua aspek pembangunan lantaran sangat banyak membutuhkan anggaran belanja, personalia, dan pengawasannya.
Oleh alasannya itu, wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausaha itu sendiri. Sekarang ini kita menghadapi kenyataan bahwa jumlah wirausahawan Indonesia masih sedikit dan mutunya belum bisa dikatakan hebat, sehingga duduk perkara pembangunan wirausaha Indonesia merupakan duduk perkara mendesak bagi suksesnya pembangunan. Jika Kita perhatikan manfaat adanya wirausaha banyak sekali.
Lebih rinci keuntungannya antara lain:
  1. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga sanggup mengurangi pengangguran.
  2. Sebagai generator pembangunan lingkungan, bidang produksi, distribusi, pemeliharaan lingkungan,  kesejahteraan dan sebagainya.
  3. Menjadi pola bagi anggota masyarakat lain, sebagai langsung unggul yang patut dicontoh, teladani, lantaran seorang wirausaha itu yaitu orang terpuji, jujur, berani, hidup tidak merugikan orang lain.
  4. Selalu menghormati aturan dam peraturan yang berlaku, berusaha selalu memperjuangkan lingkungan.
  5. Berusaha memberi pinjaman kepada orang lain dan pembangunan sosial, sesuai dengan kemampuannya.
  6. Berusaha mendidik karyawannya menjadi orang mandiri, disiplin, jujur, tekun dalam menghadapi pekerjaan.
  7. Memberi pola bagaimana Kita harus bekerja keras, tetapi tidak melupakan perintah-perintah agama, bersahabat kepada Allah Swt.
  8. Hidup secara efisien, tidak berfoya-foya dan tidak boros.
  9. Memelihara keserasian lingkungan, baik dalam pergaulan maupun kebersihan lingkungan.

Melihat banyaknya manfaat wirausaha di atas, maka ada dua Darma Bakti wirausaha terhadap pembangunan bangsa, yaitu:
  1. Sebagai pengusaha, menunjukkan Dharma baktinya melancarkan proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Wirausaha mengatasi kesulitan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat.
  2. Sebagai pejuang bangsa dalam bidang ekonomi, meningkatkan ketahanan nasional, mengurangi ketergantungan pada bangsa asing.
Demikian besar Dharma Bakti yang sanggup disumbangkan oleh wirausaha terhadap pembangunan bangsa, namun masih saja orang kurang berminat menekuni profesi tersebut. Penyebab dari kurangnya minat ini mempunyai latar belakang pandangan negatif dalam masyarakat terhadap profesi wirausaha.
Banyak faktor psikologis yang membentuk perilaku negatif masyarakat sehingga mereka kurang berminat terhadap profesi wirausaha, antara lain sifat agresif, ekspansif, bersaing, egois, tidak jujur, kikir, sumber penghasilan tidak stabil, kurang terhormat, pekerjaan rendah, dan sebagainya. Pandangan semacam ini dianut oleh sebagian besar penduduk, sehingga mereka tidak tertarik. Mereka tidak menginginkan anak-anaknya menerjuni bidang ini, dan berusaha mengalihkan perhatian anak untuk menjadi pegawai negeri, apalagi bila anaknya sudah bertitel lulus perguruan tinggi tinggi. Mereka berucap, “Untuk apa sekolah tinggi, kalau hanya mau jadi pedagang. “Pandangan menyerupai ini sudah berkesan jauh di lubuk hati sebagian besar rakyat kita, mulai semenjak zaman penjajahan Belanda hingga beberapa dekade masa kemerdekaan.
Landasan filosofis inilah yang menimbulkan rakyat Indonesia tidak termotivasi terjun ke dunia bisnis. Kita tertinggal jauh dari negara tetangga. Yang seperti mempunyai spesialisasi dalam profesi bisnis. Mereka sanggup membuatkan bisnis besar-besaran mulai dari industri hulu hingga ke industri hilir, mencakup perjuangan jasa, perbankan, perdagangan besar (grosir), perdagangan eceran besar (department store, swalayan), eceran kecil (Retail), eksportir, importir, dan aneka macam bentuk perjuangan lainnya dalam aneka macam jenis komoditi.
Rakyat Indonesia yang sebagian besar beragama Islam lupa, tidak banyak mengetahui akan pemikiran Islam wacana pekerjaan di bidang bisnis. Pernah Rasulullah Saw. Ditanya oleh para sahabat, “Pekerjaan apakah yang paling baik ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Seseorang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih”. (HR. Al-Bazzar). Jual beli yang higienis berarti sebagian dari acara profesi bisnis. Selain itu para ulama telah setuju mengenai kebaikan pekerjaan dagang (jual beli), sebagai perkara yang telah dipraktekkan semenjak zaman Nabi hingga masa kini.
Dalam Hadis lain Rasulullah bersabda, “pedagang yang jujur lagi terpercaya yaitu gotong royong para Nabi, orang shadiqiin, dan para syuhada”, (HR. Tirmidzi dan Hakim).
Memang demikian, berdagang atau berbisnis harus dilandasi oleh kejujuran. Apabila orang berbisnis tidak jujur, maka tunggulah kehancurannya. Apabila ia jujur, maka ia akan menerima laba dari segala penjuru yang tidak ia duga darimana datangnya, demikian berdasarkan pemikiran agama.
Sekarang ini, banyak anak muda mulai tertarik dan melirik profesi bisnis yang cukup menjanjikan masa depan cerah. Kaum sampaumur zaman sekarang, dengan latar belakang profesi orang bau tanah yang beraneka ragam mulai mengarahkan pandangannya ke bidang bisnis. Hal ini didorong oleh kondisi persaingan di antara pencari kerja yang mulai ketat. Lowongan pekerjaan mulai terasa sempit.
Sekarang ini orang bau tanah sudah tidak berpandangan negatif lagi pada dunia bisnis. Anak-anak muda tidak lagi “malu” berdagang. Bahkan para artis banyak terjun ke dunia “bisnis” perdagangan aneka macam komoditi.

versi doc lengkap

Sumber http://ekookdamezs.blogspot.com/2011/05/makalah-penyakit-jantung.html

No comments:

Post a Comment